HansTobias Sihombing XII MIA 3 Absen 18 Mencari Arti Puisi "Tiga Sajak Kecil"yang Tertulis Dalam Novel Hujan Bulan Juni, Sebagai Orang Awam. Resensi Novel Kejar Jodoh Identitas buku : Judul buku : Kejar Jodoh Penulis : Herli Anggara Tahun Terbit : 2020 Halaman : 99 halaman Penerbit : CV. Jejak (Jejak Publisher) Sinopsis : Novel ini
Baiklah sebelum kita masuk sepotong demi sepotong kisah yang ingin disampaikan Tere Liye melalui novel ini ada baiknya kalian harus tau dulu siapa itu Sang Penandai. Sang Penandai adalah seorang yang digambarkan Tere Liye sebagai sesosok pak tua yang bersahaja. Lengkap dengan capung-capung yang beterbangan pertanda kehadiranya.
Sekiansinopsis dan resensi singkat Novel Hujan dari saya. Sinopsis novel Bujang adalah seorang anak yang berusia 15 tahun dan tidak mengenyam pendidikan di sekolah sama sekali dia tinggal didaerah pedalaman Pulau Sumatra. NOVEL PULANG KARYA TOHA MOCHTAR Oktober 65 September 51 Agustus 1 Mei 1 Maret 6 Februari 3 Januari 3 2011 10
Berikutini puisi legendaris "Hujan Bulan Juni" dari Sapardi Djoko Damono yang diciptakan pada 1989: Tak ada yang lebih tabah. dari hujan bulan Juni. Dirahasiakannya rintik rindunya. Kepada pohon berbunga itu. Tak ada yang lebih bijak. dari hujan bulan Juni. Dihapusnya jejak-jejak kakinya. yang ragu-ragu di jalan itu.
Iabelajar hingga jungkir-balik demi mewujudkan mimpinya. Ia bertemu Arai kembali setelah berbulan-bulan berpisah. Keduanya lalu memutuskan penantian hasil tes akan mereka habiskan di kampung halaman, Belitong. Resensi Novel Dikta dan Hukum (2) Judul Buku: Dikta dan Hukum Penulis Buku: Dhia’an Farah Penerbit Buku: Asoka Aksara x Loveable
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. September 23, 2022 413 am . 6 min read Sinopsis novel Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono ini akan menceritakan seluk beluk tentang novel tersebut secara lengkap. Kamu bisa mengetahui sinopsis, intrinsik, ekstrinsik juga pesan moral yang terkandung di dalam novelnya. Selain itu kamu juga akan mengetahui kekurangan dan juga kelebihan dari novel tersebut. Untuk itu simak terus artikel ini sampai selesai agar kamu tidak ketinggalan informasi mengenai sinopsis novel Hujan Bulan Juni ini. Identitas Novel Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono Judul NovelHujan Bulan JuniPenulisSapardi Djoko DamonoJumlah halaman135 halamanUkuran buku14×21 cmPenerbitPT Gramedia Pustaka UtamaKategorinovel fiksiTahun Terbit2013 Sinopsis Novel Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono Sinopsis novel hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono ini mengisahkan tentang kisah percintaan Sarwono pria yang sederhana yang kaku. Dengan gadis cantik blasteran yang bernama Pingkan. Sarwono adalah seorang antropolog dan ia disibukkan dengan pekerjaannya sebagai peneliti. Sarwono mendapatkan tugas dari dosen seniornya. Dan karena interaksi yang cukup lama maka mereka akhirnya saling jatuh cinta. Uniknya cinta mereka dipenuhi dengan obrolan yang remeh dalam setiap kali pertemuan. Dan hal tersebutlah yang membuat suasana menjadi romantis diantara keduanya semakin berkembang. Namun, kisah cinta yang manis ini terhalang oleh sesuatu. Lalu apa sesuatu tersebut? Penasaran? Kamu bisa cari tahu sendiri jawabannya di novel Hujan Bulan Juni sendiri ya. Kelebihan Novel Hujan Bulan Juni Berikut merupakan kelebihan dari novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, diantaranya adalah Kelebihan pertama dalam novel ini yaitu memiliki konflik yang ini hanya mengisahkan kisah percintaan Sarwono dengan Pingkan. Namun, terdapat kendala yang menghalangi hubungan mereka terutama akibat perbedaan agama dan penulisan yang khas daro Sapardi Djoko Damono ini meski merupakan novel namun ditulis dengan gaya tulisan bercerita seperti sedang menyampaikan puisi. Dan itu kata-kata puitis yang indah dalam narasi kisah cinta dalam novel juga sangat mengapresiasi SDD yang di nilai melakukan riset yang cukup mumpuni untuk menulis novel ini. Padahal penulis sudah lansia namun ia tetap mengahdirkan unsur teknologi dalam cerita ini. Sehingga relevan dengan kisah cinta masa juga memberikan pesan tersirat tentang toleransi beragama dalam sebuah dapat menikmati setiap karakter yang ada di tokoh ini seperti malu tapi mau, sontoloyo. Kadang kala itu membuat pembaca senyum-senyum sendiri. Kekurangan Novel Hujan Bulan Juni Adapaun kekurangan novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, diantaranya adalah Kekurangan pertama dalam novel ini adalah terletak pada alurnya. Di mana alurnya itu terkesan ceritanya terjadi di waktu saat ini, namun kemudian tiba-tiba ada alur maju dan alur mundur. Dan setelah itu bisa saja melompat ke peristiwa lain yang berhubungan dengan masa depan. Dan ini cukup membingungkan adanya pemahaman tinggi dalam memahami kalimat jadul dan kental adat Jawa. Bagi mereka yang bukan berasal dari turunan Jawa mungkin akan kesulitan dalam memahami kalimat tersebutTidak adanya catatan kaki yang memuat terjemahan Bahasa Jawa tersebut sehingga membuat orang lain susah memahaminya. Unsur Intrinsik Novel Hujan Bulan Juni Berikut merupakan unsur intrinsik novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, di antaranya adalah 1. Tema Tema novel Hujan Bulan Juni ini menceritakan tentang kisah cinta Sarwono dan Pingkan yang berisi pahit dan manisnya yang terhalang berbagai macam, hal. Seperti perbedaan agama, suku, pertentangan dari keluarga dan hubungan jarak jauh. 2. tokoh dan Penokohan Sarwono, merupakan tokoh utama dalam novel yang merupakan lelaki cerdas, suka menulis puisi dan sangat gadis cantik dan baik dan keturunan blasteran Jerman dan merupakan kakak dari Pingkan dan merupakan sahabat dari tokoh tambahan lainnya dalam novel ini adalah Bu Pelenkahu, Katsuo, Matindas, Pak Hadi dan bu Hadi dan masih banyak lagi lainnya. 3. Alur Alur yang digunakan dalam novel ini adalah menggunakan alur maju dan juga alur mundur. Sehingga dapat di jelaskan bahwa dalam novel ini memiliki alur campuran. 4. Latar Waktu Latar waktu yang digunakan dalam novel Hujan Bulan Juni ini adalah pagi hari, siang hari dan malam hari. 5. Latar Tempat Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah rumah Suwarno, Rumah Pingkan, Rumah Sakit, Kampus, Kantin, dan lain-lain. 6. Sudut Pandang Sudut pandang yang terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. 7. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Hujan Bulan Juni ini menggunakan gaya bahasa khas penulis dimana penyampaian ceritanya seperti membacakan puisi. 8. Amanat Amanat yang terkandung dalam novel Hujan Bulan Juni ini adalah bahwa nasib memang di serahkan kepada manusia untuk diperjuangkan. Namun, takdir juga harus di tandatangani di atas materai dan tak boleh di ganggu gugat jika terjadi sesuatu nantinya. Meskipun baik ataupun buruk. Kisah cinta Sarwono dan Pingkan ini mengajarkan kita untuk senantiasa menghargai kepercayaan masing-masing perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang. Jadi jangan menilai perbedaan sebagai hal yang buruk. Unsur Ekstrinsik Novel Hujan Bulan Juni Setelah memahami unsur intrinsiknya kita juga perlu mengetahui unsur ekstrinsik dari novel Hujan Bulan Juni, diantaranya adalah 1. Nilai Sosial Nilai sosial yang terkandung dari novel ini adalah sikap Sarwono dan Pingkan yang dekat tidak memandang agama, suku, ataupun penampilan. Tapi mereka dekat kerana cinta dan nyaman. Hal ini mengajarkan kepada kita jangan jadikan sebuah perbedaan menjadi penghalang kamu untuk tidak bersosialisasi dengan baik dengan orang lain apalagi bersikap acuh tak acuh. 2. Nilai Moral Nilai moral yang terkandung dalam novel ini mengajarkan toleransi sebagai umat beragama. Dimana saling menghargai agama masing-masing seperti yang dilakukan oleh Sarwono dan Pingkan. 3. Nilai Agama Sebagai penganut agama yang cukup taat Sarwono mengetahui batasan-batasannya dalam menjalin sebuah hubungan. Meski itu bukan alasan dari mereka berpisah namun yang ia lakukan itu telah benar. Kepercayaan bukan hanya sebuah identitas di KTP saja. Namun, juga harus dengan hati, tindakan, dan perilaku tentunya. Pesan Moral Novel Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono Bagian terakhir dari sinopsis novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini adalah pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. Pesan moral yang terkandung dalam novel ini adalah kisah cinta Sarwono dan Pingkan ini mengajarkan kita untuk senantiasa menghargai kepercayaan masing-masing perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang. Jadi jangan menilai perbedaan sebagai hal yang buruk. Selain itu novel ini mengajarkan kita untuk bisa menerima takdir. Nasib memang di serahkan kepada manusia untuk diperjuangkan. Namun, takdir juga harus di tandatangani di atas materai dan tak bisa di ganggu gugat jika terjadi sesuatu nantinya. Meskipun baik ataupun buruk.
Judul Hujan Bulan Juni Penulis Sapardi Djoko Damono Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit Juni 2015 Tebal 135 halaman Sarwono merupakan dosen muda yang mengajar antropologi UI yang sangat pandai dalam membuat bait puisi. Dia mempunyai hubungan dengan Pingkan yang merupakan dosen muda prodi jepang. Mereka pun bingung entah kapan hubungan tersebut akan berlanjut kepernikahan. Namun mereka masih asyik dengan status pacaran. Banyak lika liku hidup yang dihadapi Sarwono dan Pingkan. Mereka adalah sosok yang berbeda baik kota,suku,budaya bahkan agama. Sarwono orang Solo yang pastinya orang Jawa sedangkan Pingkan adalah campuran antara jawa dan Menado. Ibu pingkan keturunan Jawa namun lahir di Makasar sedangkan Ayahnya berasal dari Menado. Sebenarnya Pingkan dan Sarwono tidak pernah mempermasalahkan perbedaan mereka. Namun perbedaan mereka selalu dipermasalahkan oleh keluarga besar Pingkan yang berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungannya dengan Sarwono. Harapan dari salah satu tante Pingkan dia menikah dengan dosen muda yang baru saja menyelesaikan studi MA di Amerika. Namun Pingkan tetap mempertahankan hubungannya dengan Sarwono. Bahkan jika dia menikah, dia akan tinggal di Jakarta bersama Sarwono. Hubungan Pingkan dan Sarwono juga mendapat aral. Ketika Pingkan mendapatkan beasiswa ke Jepang Sarwono merasa kehilangan. Ketakutannya bukan karena akan keraguan atas cinta Pingkan, namun pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. Karena ada sontoloyo Katsuo. Ia merupakan dosen dari jepang yang pernah kuliah di UI tempat Sarwono dan Pingkan mengajar. Dan selama di Indonesia Katsuo sangat dekat dengan Pingkan. Sarwono yang dengan kuat menahan diri saat berjauhan dan berkeyakinan bahwa Pingkan tetap setia kepadannya. Disisi lain Sarwono yang bekerja tanpa istirahat bersamaan melawan batuk atas penyakitnya itu. Batuk yang pada akhirnya membuat dia terkapar di rumah sakit. Berita Sarwono sampai kepada Pingkan yang saat itu Pingkan sudah tiba di Jakarta. Kemudian Pingkan segera terbang ke Solo untuk menemui Sarwono. Dari Ibu Sarwono pingkan diberi koran dan dibukannya dilihat terdapat tiga bait sajak pendek disudut halamannya. Kelebihan dan Kelemahan Novel Novel ini memiliki kelebihan antara lain sampul novel yang elegan dan menarik. Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa jawa didalam novel ini. Disisipkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan. Adapun kelemahan novel ini antara lain terdapat kata yang sulit dimengerti dan alur ceritannya sulit ditebak. Kesimpulan Novel yang berjudul Hujan Bulan Juni yang merupakan karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan kisah cinta dua dosen muda yaitu Sarwono dan Pingkan. Namun hubungan tersebut belum sampai kejenjang pernikahan karena perbedaan mereka terutama dalam hal agama. Navigasi pos
Hujan Bulan Juni merupakan kumpulan puisi yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono yang pertama kali diterbitkan pada 1994 oleh Penerbit Grasindo. Selain dalam bentuk kumpulan puisi, Hujan Bulan Juni juga ditulis menjadi sebuah novel. Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni sendiri memuat sejumlah 102 puisi Sapardi Djoko Damono yang ditulis dari tahun 1964 sampai 1994. Sejumlah puisi yang ada di dalam buku ini adalah penerbitan ulang dari puisi-puisi yang pernah terbit dalam buku Duka-Mu Abadi 1969, Mata Pisau 1974, Akuarium 1974, dan Perahu Kertas 1984. Judul buku kumpulan puisi ini meniru dari puisi yang ditulis oleh Sapardi pada tahun 1989. Sampai saat ini, Hujan Bulan Juni telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Arab, Jepang, dan Mandarin. Untuk Hujan Bulan Juni Sebuah Novel sendiri diterbitkan pada Juni 2015 oleh Gramedia Pustaka Utama. Novel ini hanya memiliki total 135 halaman saja. Novel Hujan Bulan Juni mengisahkan tentang bagaimana mungkin seseorang mempunyai keinginan untuk mengurai kembali benang yang tidak terkira jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang sudah ditenunnya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang dapat mendadak terbebas dari jaringan benang yang silang-menyilang, susun-bersusun, dan timpa-menimpa dengan rapi di selembar sapu tangan yang telah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jemarinya sendiri, oleh ketabahannya sendiri, oleh tarikan dan hembusan nafasnya sendiri, oleh kesunyiannya sendiri, oleh kerinduannya sendiri, oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri, oleh penghayatannya sendiri mengenai hubungan-hubungan pelik antara laki-laki dan perempuan yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang. Bagaimana mungkin? Profil Sapardi Djoko Damono – Penulis Novel Hujan Bulan JuniSinopsis Novel Hujan Bulan JuniPros & ConsKelebihan Novel Hujan Bulan JuniKekurangan Novel Hujan Bulan JuniPesan Moral Novel Hujan Bulan JuniBuku Best Seller RekomendasiArtikel Terkait Rekomendasi Buku Sumber gambar Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono atau yang akrab dipanggil “SDD” yang menyingkat inisial namanya merupakan pria kelahiran 20 Maret 1940. Sapardi Djoko Damono merupakan seorang pujangga asal Indonesia yang sangat populer. SDD merupakan putra pertama dari pasangan Sadyoko dan Saparian. Nama SDD menjadi dikenal masyarakat luas, karena berbagai karya puisinya membahas tentang hal-hal sederhana, tetapi penuh dengan makna kehidupan. Maka dari itu, karyanya tersebut bisa dikagumi oleh masyarakat, bahkan kalangan sastrawan. Dalam dunia kesusastraan Indonesia, SDD sering dianggap sebagai sastrawan angkatan 1970-an. Sapardi Djoko Damono menikah dengan Wardiningsih. Pernikahan mereka berdua diberkati dengan kehadiran seorang putra dan seorang putri. Sapardi menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 19 Juli 2020 di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan. Ia meninggal akibat penurunan fungsi organ tubuh. Masa muda Sapardi dihabiskan di Surakarta. SDD menempuh pendidikan dasar di SD Kesatryan Keraton yang berlokasi di Surakarta. Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 2 Surakarta, dan berhasil lulus tahun 1955. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 2 Surakarta dan berhasil lulus pada 1958. Pada masa itu, Sapardi telah menghasilkan sejumlah karya yang ia kirimkan juga ke berbagai majalah. Kegemarannya untuk menulis ini berkembang ketika ia menempuh pendidikan tinggi di bidang Bahasa Inggris di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. SDD juga sempat menempuh pendidikan di University of Hawaii, Honolulu, dan menempuh program doktor di Fakultas Sastra UI dan berhasil lulus pada tahun 1989. Setelah lulus kuliah pada tahun 1964, SDD sempat menjadi pengajar pada Fakultas Keguruan Sastra dan Seni IKIP Malang di Madiun hingga tahun 1968. Pada tahun 1973, setelah sempat bekerja di Semarang, Sapardi pindah ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison. Sejak tahun 1974, Sapardi mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Sapardi juga sempat ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Sastra UI untuk periode 1995 sampai 1999 setelah sebelumnya diangkat sebagai guru besar. Pada masa tersebut, Sapardi juga menjadi redaktur majalah Horison, Kalam, Basis, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, Pembinaan Bahasa Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur. Setelah selesai menjabat sebagai dosen di UI pada tahun 2005, Sapardi masih mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sembari tetap menulis fiksi dan nonfiksi. Sapardi juga merupakan salah satu pendiri Yayasan Lontar. Puisi karya Sapardi sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk juga bahasa daerah. Sapardi tak hanya aktif untuk menulis puisi saja, tetapi ia juga gemar menulis cerita pendek. Selain itu, Sapardi juga suka menulis esai, menerjemahkan berbagai karya penulis asing, dan menulis sejumlah artikel atau kolom di koran, termasuk juga kolom sepak bola. Beberapa puisi karyanya sangat populer dan dianggap sebagai karya legendaris. Contohnya seperti Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Akulah si Telaga, Pada Suatu Hari Nanti, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Popularitas puisi karyanya ini semakin meningkat setelah ia melakukan musikalisasi puisi bersama sejumlah mantan mahasiswanya di FIB UI. Dari hasil musikalisasi puisi itu, tercipta sebuah album yang populer, yakni oleh Reda dan Tatyana. Sapardi Djoko Damono telah banyak menerima penghargaan. Di antaranya, yaitu Cultural Award Australia 1978, Anugerah Puisi Putra Malaysia 1983, SEA Write Award Thailand 1986, Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990, Kalyana Kretya dari Menristek RI 1996, Achmad Bakrie Award Indonesia 2003, Akademi Jakarta 2012, Habibie Award Indonesia 2016, dan ASEAN Book Award 2018. Sinopsis Novel Hujan Bulan Juni Pros & ConsProsKonflik cerita yang penulisan khas Sapardi Djoko Damono yang dengan latar masa pengajaran akan toleransi antar cerita kalimat sulit untuk dimengerti akibat pemilihan kata dan penggunaan kata dalam Bahasa Jawa. Ini adalah kisah mengenai hubungan percintaan antara Sarwono, pria sederhana yang kaku, dan Pingkan, gadis yang jika boleh saya kategorikan layaknya syarat untuk menjadi Miss Universe Brain, Beauty dan, Behavior. Gadis itu berdarah campuran dari dua suku, Jawa Solo dan Minahasa Menado. Toar merupakan lakak Pingkan sekaligus sahabat Sarwono. Dari persahabatannya itulah, kisah cinta mereka dimulai. Sarwono adalah seorang antropolog. Ia sedang disibukkan dengan pekerjaannya sebagai peneliti. Sarwono mendapatkan tugas itu dari dosen seniornya. Tak lama kemudian, mereka berdua, Pingkan dan Sarwono, akibat sering bertemu maka keduanya saling jatuh cinta. Namun, mereka dibenturkan oleh sebuah kendala, yakni perbedaan agama. Uniknya, cinta mereka dipenuhi dengan obrolan yang remeh setiap kali sedang pergi bersama. Namun, justru karena obrolan mereka itulah yang membuat suasana romantis di antara keduanya semakin berkembang. Pada bab awal, Sarwono dibuat gembira, karena tiga puisi karyanya dimuat di sebuah koran bernama Swara Keyakinan. Sayangnya, tanggapan Pingkan setelah mengetahui hal itu biasa saja. Ia malah mengatakan bahwa puisi Sarwono itu kisruh dan cengeng, saat membaca puisi Sarwono yang lain, selain yang dimuat hari itu. Sarwono belum sempat memperlihatkan kepadanya, dan ia mengetahui bahwa, Pingkan mungkin tidak akan memberikan reaksi baik. Namun, meski begitu, gadis berkulit putih itu tetap memberikan perhatiannya kepada Sarwono. Malah Pingkan juga pernah merasa kasihan saat Sarwono yang bertubuh kurus itu terbatuk-batuk. Meski Sarwono berdalih dengan mengatakan dirinya sehat, Pingkan akan membantah perkataannya. Ia mempertanyakan apa yang dimaksud Sarwono sebagai sehat? Suka merokok dan batuk-batuk kok dibilang sehat? Itu dia cara Pingkan menunjukkan rasa sayangnya kepada pria jawa yang ia cintai. Sebab, Pingkan mengetahui bahwa Sarwono pernah gagal untuk melanjutkan studi ke Amerika akibat terdapat flek di paru-parunya yang mencurigakan. Sayangnya, Pingkan harus melanjutkan studinya di Negeri Sakura. Ia dikirim dari kampusnya dan melaksanakan perintah prodinya. Sarwono dibuat semakin galau saat mengetahui berita itu. Terlebih lagi, ia pernah mendengar bahwa pria Jepang bernama Katsuo yang pernah berkunjung ke Indonesia dan pernah menjalin hubungan dekat dengan Pingkan, sudah lulus program pascasarjana dan menjadi dosen di Universitas Kyoto. Ya, tempat mengajar Katsuo tidak lain adalah kampus yang nantinya akan menjadi tempat Pingkan menimba ilmu. Di bab akhir, dikisahkan bahwa Sarwono jatuh sakit hingga cairan dalam paru-parunya perlu disedot. Sarwono menderita paru-paru basah, benak dan hatinya juga basah akibat lama menahan rindu ingin bertemu sang kekasih. Kelebihan Novel Hujan Bulan Juni Novel Hujan Bulan Juni karya pujangga legendaris Indonesia ini tentunya memiliki banyak kelebihan. Kelebihan pertama, yakni novel ini berisi konflik yang sederhana. Novel ini hanya mengisahkan hubungan percintaan antara Sarwono dan Pingkan, yang sama-sama saling mencintai. Namun, terdapat sejumlah kendala yang merintangi hubungan mereka, terutama akibat perbedaan agama dan suku bangsa keduanya. Gaya penulisan novel Hujan Bulan Juni ini juga dinilai sangat khas karya Sapardi Djoko Damono. Meskipun ini merupakan novel, narasi dalam novel ini ditulis dengan gaya bercerita seperti sedang menyampaikan puisi. Pembaca dapat menemukan banyak kata-kata puitis dan indah dalam narasi kisah ini. Pembaca juga sangat mengapresiasi SDD yang dinilai melakukan riset yang cukup mumpuni untuk menulis novel ini. Riset yang dimaksud adalah mengenai teknologi, karena SDD sudah tergolong kaum lansia ketika menulis novel ini, tetapi ia tetap menghadirkan unsur teknologi dalam cerita ini. Novel Hujan Bulan Juni ini menyajikan cerita cinta yang memiliki latar situasi yang relevan masa sekarang. Kemudian, dalam novel Hujan Bulan Juni ini, Sapardi Djoko Damono memberikan pesan tersirat tentang toleransi agama dalam sebuah hubungan. Secara keseluruhan, pembaca dapat menikmati novel yang sangat singkat ini. Pembaca dapat menikmati bagaimana karakter para tokoh yang seperti malu tapi mau, sontoloyo, tetapi saling perhatian. Narasi kisah ini mampu membuat pembaca senyum-senyum sendiri ketika membacanya. Kekurangan Novel Hujan Bulan Juni Selain kelebihan, novel Hujan Bulan Juni ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan novel ini terletak pada alur cerita yang melompat-lompat. Terkadang, plot ceritanya terjadi di latar waktu saat ini, kemudian tiba-tiba ada alur mundur, dan setelah itu bisa saja mereka telah melompat ke peristiwa lain yang terjadi di masa depan. Hal ini cukup membingungkan para pembaca. Kendala lain yang ditemukan pembaca, yakni untuk mencerna kalimat demi kalimat yang dinilai jadul dan kental dengan adat Jawa. Bagi mereka yang bukan berasal atau keturunan Jawa, hal ini cukup menjadi kendala. Ditambah lagi, novel ini tidak memiliki catatan kaki yang memuat terjemahan Bahasa Jawa yang digunakan. Pesan Moral Novel Hujan Bulan Juni Melalui kisah ini, kita dapat mengetahui bahwa nasib memang diserahkan kepada manusia untuk diperjuangkan. Namun, takdir juga harus ditandatangani di atas materai dan tak boleh digugat jika nanti terjadi apapun. Meskipun itu baik atau buruk. Dari kisah ini juga kita mengetahui bahwa kesepian bagaikan benang-benang halus ulat sutera yang secara perlahan, lembar demi lembar, mengurung manusia sampai ulat yang ada di dalamnya ingin segera melepaskan diri dan berubah menjadi wujud yang sangat berbeda. Supaya bisa saja tak diingat lagi dari mana asalnya. Kisah cinta Sarwono dan Pingkan ini juga mengajarkan kita untuk senantiasa menghargai kepercayaan masing-masing. Perbedaan yang ada di dunia ini bukan merupakan sebuah penghalang. Jadi, jangan menilai perbedaan sebagai hal yang buruk. Nah, itu dia Grameds ulasan novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Bagi kalian yang penasaran akan karya legendaris pujangga ternama Indonesia ini, kalian bisa mendapatkan buku ini hanya di Rating 3,7
resensi novel hujan bulan juni